LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I
“PEMBUATAN BIOETANOL DARI TAPE KETAN”
BAB I
Pendahuluan
I.
Latar Belakang
Tingginya harga bahan bakar minyak,
salah satunya bensin, membuat rakyat kecil semakin berat untuk menghadapi
dinamika hidup sehari-hari. Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para ahli
untuk menghasilkan bahan bakar dari sumber lain sebagai alternatif. Salah satu
yang mendapat perhatian serius adalah pemanfaatan sumber nabati sebagai bahan
bakar. Bahan bakar nabati selain ramah lingkungan, juga merupakan sumber bahan
bakar yang dapat diperbaharui karena sumber bahan bakar tersebut bisa ditanam
dan dikembangkan. Sumber bahan bakar dari nabati ini sering disebut dengan
bioetanol.
II.
Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
mengetahui kadar etanol yang dihasilkan dari tape ketan melalui proses
destilasi.
III. Tempat dan Tanggal Percobaan
Pembuatan bioetanol dari tape ketan
dilakukan pada hari Senin, 16 September 2013 bertempat di Pusat Laboratorium
Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bab II
Tinjauan Pustaka
I.
Pengertian Bioetanol
Bioetanol merupakan salah satu biofuel
(bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan) di samping Biodiesel. Bioetanol
adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan
dengan proses destilasi. Bioetanol merupakan minyak nabati yang memiliki sifat
menyerupai minyak premium. Untuk pengganti premium, terdapat alternatif gasohol
yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol.
II.
Proses-proses Selama
Berlangsungnya Pembuatan Bioetanol
1.
Proses Gelatinasi
Proses gelatinasi merupakan proses
penting dalam pembuatan etanol. Pada proses ini terjadi perubahan baku menjadi
bubur, kemudian dilakukan proses pemanasan pada suhu 100oC yang
diakhiri proses pendinginan. Tujuan dari proses ini adalah mengubah karbohidrat
menjadi gula sederhana.
2.
Proses Fermentasi
Proses fermentasi merupakan proses
perombakan yang dilakukan oleh jasad renik sebagai dekomposer, dalam hal ini
dilakukan oleh ragi dari jenis Saccharomyces
cerevisiae. Saccharomyces cerevisiae
ini melepaskan ikatan kimia rantai karbon dari gula dan fruktosa satu persatu,
kemudian secara kimiawi kembali dirangkai menjadi molekul etanol, gas CO2,
serta menghasilkan panas (kenaikan suhu), dimana suhu yang ditimbulkan tersebut
dapat mematikan ragi. Selain itu, ragi juga bisa mati ketika alkohol yang
dihasilkan sudah cukup banyak.
3.
Proses destilasi
Proses destilasi merupakan proses
pemisahan antara alkohol dan bahan padat lainnya melalui penyulingan.
Bab III
Metode Penelitian
I.
Alat dan Bahan
a.
Bahan
- Tape ketan yang telah disimpan selama
7 hari
- Air dingin/es
b.
Alat
- Alat destilasi rancangan
- Penangas air
- Beaker glass
- Termometer
II.
Langkah Kerja
1.
Pisahkan air dari tape
ketan dengan cara disaring atau diperas.
2.
Destilasi air tape yang
telah dipisahkan tadi hingga menghasilkan uap untuk menjadi alkohol.
3.
Untuk mengetahui adanya
kandungan alkohol, lakukan uji bakar terhadap alkohol yang diperoleh tadi
hingga terlihat adanya api yang khas dari pembakaran alkohol.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN KESIMPULAN
I.
HASIL PENGAMATAN :
Tape
|
Sesudah difermentasi selama 7 hari
|
||
Rasa
|
Aroma
|
Tekstur
|
|
ketan
|
Manis,bercitarasa alkohol
|
Alkohol
Sangat kuat
|
Lembek
|
Adapun jumlah air perasan tape ketan yang dihasilkan adalah 200 ml
II.
PEMBAHASAN :
Pada praktikum pembuatan bioetanol ini dilakukan
dengan bahan beras ketan putih sebanyak 1 liter, langkah pertama yang dilakukan
adalah persiapan bahan yaitu dengan merendam beras ketan satu malam, hal ini
dilakukan untuk menambah massa ketan agar tidak terlalu keras. Kemudian beras
ketan dikukus sampai masak, setelah itu didinginkan sebelum dilakukan proses
fermentasi, karena apabila ragi dicampurkan dalam keadaan panas akan
menyebabkan khamir (Saccharomyces cerevisiae)akan mati, karena khamir
memiliki suhu optimum bekerja pada 250-300 C dan
memiliki suhu maksimum 450C. Setelah dingin lalu ketan dimasukkan ke
dalam toples yang sudah dialasi daun pisang, bahwa variasi wadah pada proses fermentasi
mempengaruhi kadar dari etanol. Daun pisang akan memberikan suasana yang lebih
cocok bagi mikrobia fermentator untuk berperan aktif dalam proses fermentasi
karbohidrat menjadi etanol. Ketan dan ragi dimasukkan dalam toples kemudian
ditutup rapat agar oksigen tidak masuk, dan proses metabolisme anaerob khamir
dapat berlangsung. Menurut Pasteur, keberadaan oksigen akan menghambat
jalur fermentasi di dalam sel khamir sehingga sumber karbon yang ada akan
digunakan melalui jalur respirasi. Fenomena ini sering disebut sebagai
Pasteur effect. Berdasarkan fenomena ini, seharusnya produksi ethanol
oleh khamir terjadi pada kondisi anaerob. Namun, Pasteur
effect pada sel khamir diamati pada sel yang telah memasuki fase
stasioner (resting), sedangkan produksi alkohol terjadi ketika sel berada
pada fase pertumbuhan (fase log). Hal inilah yang membuat Pasteur effect diduga
bukan fenomena yang terjadi saat produksi ethanol oleh Saccharomyces
cerevisiae.
Pada hari ke-7, proses fermentasi telah selesai dan
diambil airnya, air yang didapat dari proses fermentasi adalah 200 ml yang
kemudian akan didestilasi untuk memperoleh alkohol. Pertama, air perasan
dituang ke dalam botol marjan yang terlebih dahulu dimasukkan dengan becker
glass berisi setengah air lalu dari botol marjan dihubungkan dengan pipa uap kondensor
dan dipanaskan di atas penanggas air dan dari selang botol perasan uap langsung dihubungkan ke
hasil destilat dengan menggunakan botol aqua. Destilasi ini dapat berjalan
dengan baik apabila temperatur dalam penanggas air perasan alkohol tidak
melebihi 800 C karena jika melebihi bahkan sampai 1000 ,
etanol akan bercampur dengan air. Keadaan seperti ini sering disebut
"azeotrop". Teori azeotrop merupakan campuran dari 2 atau lebih
komponen pada komposisi tertentu yang tidak bisa berubah hanya melalui
destilasi biasa. Ketika campuran azeotrop didihkan, fase uap yang dihasilkan
memiliki komposisi yang sama dengan fasa cairnya. Campuran ini sering disebut
constant boiling mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika
campuran tersebut dididihkan. Namun pada percobaan ini mengalami kegagalan karena setelah menunggu selama kurang lebih 1 jam, tidak
ada setetespun etanol yang keluar, hal ini disebabkan oleh kesalahan alat destilasi
sederhana yang dibuat karena terlalu panjangnya selang yang digunakan sehinngga
uap dari air perasan ketan tidak mampu naik/ mengalir.
Gambar alat destilasi :
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1.Proses
fermentasi tape ketan menghasilkan 200
ml air perasan
2.Kegagalan
alat destilasi sederhana disebabkan oleh selang yang terlalu panjang sehingga
uap destilasi tidak dapat mengalir.
Daftar
pustaka
Kasmidjo,
R.B. 1999. Pembuatan dan Pemanf aatan Ragi. Pusat Antar Universitas
Pangan
dan Gizi, Universitas Gajah
Mada.Yogyakarta.
Kuswanto,
K.R. 1994. Food Fermentation of Cassava In Indonesia, Application and Conhol
of Microorganism In Asia, Proceedings
af The International Workrhop On
Application and Control of
Microorganism In Asia, Science and
Technology
Agency, RIKEN, Japan Intemational Science and
Technology Exchange Cenhe.
Purwantari,
S.E., Ari, S. dan Ratna.S. 2004. Fementasi I Ganyong (Canna edulis Ker.)
untuk
Produksi Etanol oleh
Aspergillus dan Zymomonas mobilis. J. Bioteknologi
1(2):43-47.
Sulistyawan,
R.D.T. 2002. Mufu Tape 4 Macam
Beras Ketan. Fak. Biologi. Univ. Atma Jaya
Yogyakarta.
Kurnianti, Novik. http://www.tanijogonegoro.com/ 2013/06/bahan-bakar.html.
Diakses
pada tanggal 21 september 2013 pukul 19.00 WIB
0 komentar:
Posting Komentar